2013

Minggu, 02 Juni 2013

AQ


Rabu, 29 Mei 2013

Kenangan Sekolah Biyen :D

TatKala Kebersamaan Tak lagi Ada
Biarkanlah Perpisahan Menjadi Pintu
Kenangan yang selalu Dikenang ...
















Asuhan Keperawatan Jiwa pada Pasien gangguan curiga

DEFENISI
Perilaku curiga adalah gangguan keyakinan seseorang yang berdasarkan keyakinan yang salah yang dipertahankan secara kuat dan terus menerus namun tidak sesuai dengan kenyataan atau realitas yang salah pada saat berhubungan dengan orang lain dan lingkungan yang ditandai dengan persaan tidak percaya dan ragu-ragu.Keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang budaya klien .
ETOLOGI
1.Teori Psikodinamika
Teori psikoanalitik berfokus pada hubungan anak dan orang tua, yangtidak memuaskan sejak dini, dengan proses berduka yang tak terselesaikan. Inimengakibatkan individual terfiksasi pada tahap marah, dari proses berduka, danmengarahkannya ke diri sendiri. Ego tetap lemah sementara superego menjadiluas dan menjadi sifat menghukum.
2.Teori Biologi
Karena adanya beberapa kekuatan/pengaruh dari beberapa penyakitkeluarga yang mempunyai gejala yang sama.
3.Teori Dinamika Keluarga
Karena orang tua yang terlalu pemarah, menuntut dan kaku, tidak percaya pada diri sendiri, mudah tersinggung.
PELAKSANAAN DAN PROSES KEPERAWATAN
Pelaksanaan proses keperawatan berorientasi pada masalah yang timbul pada klien. Pada bab ini akan menyampaikan secara singkat mengenai pelaksanaan proses keperawatan yang meliputi : Diagnosa Keperawatan, Tujuan jangka panjang, Intervensi, Evaluasi dan tindak lanjut. Adapun proses keperawatan secra lengkap ada pada lampiran.
1. Diagnosa keperawatan I : Potensial melukai diri sendiri/ orang lain s/d ketidak mampuan klien mengungkapkan marah secara konstruktif.
Tujuan Panjang :
• Tidak melukai orang lain/ diri sendiri serta mampu mengungkapkan marah secara konstruktif.
Intervensi :
• Membina hubungan saling percaya dengan klien .
• Memelihara ketenangan lingkungan, suasana hangat dan bersahabat.
• Mempertahankan sikap perawat secara konsisten.
• Mendorong klien untuk mengungkapkan hal-hal yang menyebabkan klien marah.
• Mendiskusikan dengan klien tentang tanda-tanda yang biasa terjadi pada orang yang sedang marah.
• Mendorong klien untuk mengatakan cara-cara yang dilakukan bila klien marah.
• Mendiskusikan dengan klien cara mengungkapkan marah secara konstruktif.
• Mendiskusikan dengan keluarga ( pada saat kunjungan rumah ) tentang marah pada klien , apa yang sudah dilakukan bila klien marah dirumah bila klien cuti.
Evaluasi :
• Klien mau menerima petugas (mahasiswa ), dan membalas salam.
• Berespon secara verbal.
• Membalas jabat tangan, mau diajak berbicara.
• Klien mampu mengungkapkan penyebab marahnya.
• Klien dapat mengenal tanda-tanda marah.
• Klien mengatakan kalau amuk itu tidak baik.
• Klien dapat memperagakan tehnik relaksasi.
Tindak lanjut :
• Melanjutkan untuk latihan marah yang konstruktif dengan tehnik relaksasi, tehnik asertif.
2. Diagnosa keperawatan II : Gangguan hubungan sosial; menarik diri sehubungan dengan curiga.
Intervensi :
• Membina hubungan saling percaya.
• Bersikap empati pada klien.
• Mengeksplorasi penyebab kecurigaan pada klien .
• Mengadakan kontak sering dan singkat.
• Meningkat respon klien terhadap realita.
• Memberikan obat sesuai dengan program terapi dan mengawasi respon klien.
• Mengikut sertakan klien dalam TAK sosialisasi untuk berinteraksi.
Evaluasi :
• Klien mampu mengeksplorasi yang menyebabkan curiga.
• Klien disiplin dalam meminum obat sesuai program terapi.
Tindak lanjut :
• Teruskan untuk program sosialisasi/ interaksi klien untuk mengurangi kecurigaan.
3. Diagnosa Keperawatan III : Penampilan diri kurang s/d kurang minat dalam kebersihan diri.
Tujuan Panjang :
• Penampilan klien rapi dan bersih serta klien mampu merawat kebersihan diri.
Intervensi :
• Memperhatikan tentang kebersihan klien .
• Mendiskusikan dengan klien tentang gunanya kebersihan.
• Memberikan reinforsemen positif apa yang sudah dilakukan klien.
• Mendorong klien untuk mengurus kebersihan diri.
Tindak lanjut :
• Perlu dilanjutkan dengan TAK tentang kegiatan sehari-hari.
• Berikan motivasi agar klien mau merawat diri.

Kesalahan yang Sering dilakukan oleh Pasien ketika periksa ke Dokter

Jakarta, Semua orang berharap akan segera sembuh dari sakit setelah memeriksakan diri ke dokter dan mendapatkan resep obat. Akan tetapi, kesembuhan seseorang dapat terhambat jika dirinya melakukan kesalahan-kesalahan kecil saat menghadap dokter.

Seperti dilansir Allyou, Selasa (19/2/2013), hindarilah daftar kesalahan yang sering dilakukan oleh pasien ketika memeriksakan diri ke dokter berikut ini agar Anda segera sembuh dari sakit:

1. Hanya diam ketika berkunjung ke dokter
Ketika Anda sedang memeriksakan diri ke dokter karena flu atau batuk, tidak ada salahnya untuk menanyakan kepada dokter tentang risiko terhadap penyakit lain. Anda dapat mengetahui jawaban dari pertanyaan-pertanyaan seputar kesehatan yang selama ini Anda khawatirkan.

Dokter mungkin akan memeriksa apakah ada beberapa gejala penyakit tertentu dan memastikan bahwa Anda tidak perlu mengkhawatirkan hal tersebut.

2. Terlalu membesar-besarkan gejala penyakit
Sebaiknya tentukan sendiri skala rasa sakit untuk mengukur tingkat keparahan gejala yang Anda rasakan. Misalnya menomori gejala dari skala 1 hingga 10, skala 1 jika gejalanya tidak mengganggu dan skala 10 jika gejalanya paling mengganggu.

Katakan hal yang sebenarnya dan jangan membesar-besarkan gejala yang Anda rasakan, hal ini dapat memudahkan dokter dan mempercepat penangangan terhadap penyakit.

3. Selalu meminta dokter untuk membuatkan resep obat pil
Pengobatan terhadap semua penyakit atau masalah kesehatan tidak harus selalu dilakukan dengan minum obat. Misalnya, kebanyakan orang yang mengalami nyeri lutut biasanya akan segera mengambil obat pereda nyeri untuk mengatasinya.

Padahal beberapa kondisi seperti nyeri lutut atau kolesterol tinggi dapat diringankan dengan mengubah gaya hidup terlebih dahulu, seperti menurunkan berat badan, makan makanan sehat dan berolahraga. Anda juga dapat memilih pengobatan lain non-obat seperti terapi medis atau operasi.

4. Lupa mengatakan jika Anda mengonsumsi suplemen sebelum dokter menuliskan resep
Selalu beritahu dokter jika Anda mengambil vitamin atau suplemen tertentu sebelum dokter meresepkan obat untuk Anda. Beberapa jenis suplemen mungkin tidak cocok jika dikonsumsi bersama dengan obat-obatan tertentu.

Sebagai contoh, suplemen bawang putih dapat berinteraksi negatif jika dikonsumsi bersama dengan obat pengencer darah.

5. Bersikeras melakukan tes laboratorium yang tidak perlu
Meskipun dengan tes laboratorium atau screening lebih dapat meyakinkan Anda terhadap hasil diagnosa dokter, tetapi hal tersebut tidak selalu menguntungkan. Dengarkan kata-kata dokter, jika dokter merasa bahwa Anda tidak membutuhkan prosedur uji laboratorium tambahan, jangan bersikeras untuk melakukannya.

6. Menghentikan pengobatan sebelum jumlah yang diresepkan habis
Seseorang terkadang merasa bahwa kondisinya telah membaik sehingga akan menghentikan pengobatan dan tidak menghabiskan jumlah obat yang diresepkan oleh dokter. Padahal, biasanya dokter akan meresepkan antibiotik yang dosisnya harus dihabiskan untuk mencegah agar kuman tidak kebal terhadap obat.

Bahkan, jika Anda menghentikan obat tekanan darah tinggi secara tiba-tiba, dapat menyebabkan denyut jantung tidak teratur dan memicu serangan jantung.
(vit/vit)
 
sumber: healt.detik.com

Jumat, 24 Mei 2013

Selamat Datang Dian Husada